Dahulu kala ditengah hutan belantara hiduplah seorang tokoh masyarakat
yang hidupnya selalu berpindah-pindah tempat dari satu hutan kehutan
yang lainnya.Beliau disebut pula orang kalang.Orang kalang adalah orang
yang memiliki keterampilan,keahlian ilmu khusus dan orang yang level
ekonominya tinggi.Meskipun beliau memiliki ilmu dan harta yang melimpah
tetapi beliau tetaplah rendah diri dan zuhud.Beliau adalah Syaikh Said
Abu Bakar.Seorang waliyullah yang masih keturunan dari kerajaan
mataram,didalam padepokan mataram beliau menjabat sebagai asok glondong
pengareng-areng atau bisa disebut dengan pemberi upeti di kerajaan.
Zaman dahulu masyarakat kalang selalu memberikan upeti berupa bahan
bangunan dari kayu, logam,tembaga,emas,perak,besi,dan lain-lain.Maka
dari itu masyarakat kalang inilah yang besar andilnya terhadap kerajaan
mataram.Perbedaan masyarakat kalang dengan masyarakat biasa adalah
bilamana memotong jati masyarakat kalang memotongnya dengan jarak
minimal 2 meter dari permukaan tanah dan menggunakan alat berupa
parang,berbeda dengan masyarakat biasa yang cara memotongnya di
trapaskan dengan tanah dan alat yang digunakan adalah gergaji.Hingga
kini bekas potongan jati masyarakat kalang masih berada di dusun Gomang
kecamatan Singgahan kabupaten Tuban.Mbah Said Abu Bakar memulai
mensyiarkan agama islam di dusun Gomang desa laju lor kecamatan
Singgahan kabupaten Tuban.Gomang pada zaman dahulu adalah hamparan hutan
yang sangat lebat dan jalannya pun terja berbatu,ketika zaman
penjajahan dusun ini digunakan sebagai tempat para pengungsi.masyarakat
Gomang dahulu kala memiliki kepercayaan sapto darmo yang menyembah
matahari dan sembanyang menghadap ketimur.Hingga suatu hari Mbah Said
mengajak mereka kejalan yang benar tetapi,masyarakat Gomang malah
menentangnya.
”Wahai kaum yang dicintai allah,sadarlah.! Sesungguhnya apa yang kalian
lakukan selama ini adalah kesia-siaan,bertaubatlah dan kembali kejalan
Allah” seru Mbah Said.
“Hentikan omong kosongmu itu wahai orang baru,kami sudah lama menganut
kepercayaan ini,semua ini dari nenek moyang kami.jadi,diamlah
kamu..”balas masyarakat.
“Sesungguhnya matahari yang kalian sembah itu adalah bagian dari
kebesaran Tuhanku,tidak selayaknya kalian menyembah ciptaanya” lanjut
Mbah Said.
“Tunjukkan kepada kami kebesaran tuhanmu..!!!” pinta mereka
Lalu Mbah Said pun menggambil sebatang lidi aren dan ditancapkannya
didalam tanah dan dari bekas tancapan itu keluralah sumber mata air yang
tiada henti.
“Cukupkah ini bagimu??” tanya Mbah Said.Masyarakat gomang pun terkejut
dan heran,tetapi rasa itu mereka pendam dalam-dalam guna menutupi rasa
malunya.Tidak berhenti sampai disitu masyarakat Gomang masih ingin
menguji kesaktian Mbah Said.
“Semua ini hanyallah tipu muslihatmu,aku baru akan mengakui kebesesaran
Tuhanmu apabila lidi aren itu kamu tancapkan disebelah gunung itu dan
air yang keluar itu harus berwarna merah” pinta mereka.
Tanpa berucap kata sepatahpun Mbah Said melangkahkan kaki menuju gunung
disebelah dusun Gomang dengan di ikuti para penduduk Gomang.Sesampainya
disebelah gunung Mbah Said lalu menancapkan lidi aren sambil berucap
dalam hati ”bismillah lahaullawallkuwata illabillah”
”Allahu akbar” teriak Mbah Said sembari mengucap lidi aren yang
tertancap di tanah itu dan keluarlah air yang berwarna merah dari bekas
tancapan lidi aren itu.
“Tuhanku maha besar,maha agung dan maha mengasihi umatnya,apakah Tuhanmu
bisa menunjukkan tanda-¬tanda kebesarannya? Sekarang percayakah kalian
dengan ajaranku”ucap Mbah Said. Masyarakat Gomang pun hanya terdiam dan
secara bersamaan berteriak ”allahu akbar ...!! sesungguhnya selama ini
kami telah tersesat” ucap mereka bersamaan.Seteah kejadian itu dusun
sebelaah Gomang diberi nama Banyubang yang berarti air merah.Dusun itu
terletak di desa Mulyo agung kecamatan Singgahan kabupaten
Tuban.Sedangkan mata air yang muncul di dusun Gomang dinamakan “sendang
gomang”.dinamakan Gomang karena artinya kanggo mangan dan ada istilah
lain Gomang berasal dari kata” ghumannun”yang artinya mendung.karena
ditempat ini airnya melimpah ruah.Masyarakat Gomang pun akhirnya mulai
berbenah diri dan memulai hidup yang baru sesuai syariat dan kaidah
islam yang dibawa oleh Mbah Said Abu Bakar.Setelah merasa cukup Mbah
Said pun berpamitan kepada seorang santrinya.
“Anakku,,cukuplah aku dalam menata tempat ini.sekarang aku akan pergi
bertapa disebuah gunung dan aku serahkan tempat ini kepadamu,tuntunlah
mereka kejalan yang di ridhoi Allah,dan jangan kamu tinggalkan ibadahmu
”pesan Mbah Said kepada santrinya.
“Insyallah aku akan menjaga dan membimbing masyarakat ini dengan setulus hati dan segenap jiwa ragaku” jawab santri.
Setelah itu Mbah Said pergi untuk bertapa diatas bukit kurang lebih 1 km
dari dusun Gomang.Bukit itu sekarang disebut gunung krawak.Tempat itu
dikelilingi oleh pohon jarak jitun dan tempat berwudhunya adalah di
sumber mata air krawak yang terletak di desa Banjarworo kecamatan
Bangilan kabupaten Tuban.Didalam pertapaan itu,Mbah Said didatangi oleh
sesosok mahluk.
“Assalamualaikum wahai waliyullah,,apakah yang engkau hendaki dari tempat ini?”ucapnya.
”Wa’alaikumsallam,,aku tidak menghendaki apapun dari tempat ini.aku hanya ingin mendekatkan diri dengan tuhanku”balas Mbah Said
“Pulanglah dan kembalillah ketempatmu,sesungguhnya orang dulu kamu percayai telah berkhianat” lanjutnya
“Maksudmu santriku?”tanya Mbah Said.
“Iya,santri yang selama ini kamu pertcayai sekarang tak ubahnya seperti
seekor kura¬-kura yang hanya berdiam diri dalam tempurungnya”jawabnya.
Setelah berucap demikian,mahluk itupun menghilang meninggalkan Mbah Said
yang sendiri dalam kebimbangan hatinya.Mbah Said Abu Bakar pun
memutuskan untuk kembali ke Gomang.Sesampainya di Gomang alangkah
terkejutnya Mbah Said karena melihat masyarakatnya yang kembali pada
kepercayaannya dulu.Mbah Said akhirnya mencari santrinya dan didapati
santrinya sedang berdiam diri di sebuah tempat.Mbah Said lalu berucap
dengan amarah yang meluap.
”Wahai orang yang berdiam diri,,!! Sesungguhnya kamu telah
menghianatiku.kamu tak ubahnya seperti gundukan tanah yang tak
berguna”ucap Mbah Said.
Setelah berucap demikian tiba-tiba sang santri berubah menjadi sebuah
gunung.Dan gunung itu sekarang disebut Gunung Pule yang terletak di
dusun Gomang.Mbah Said terdiam dan berucap pada dirinya sendiri
“Dusun Gomang ini akan menyala dan bersinar apabila ada jago lereng
kuning dari timur laut dan ada jago ireng ngalleh dari barat daya”.
Lambat laun waktu berjalan dan tibalah sang waliyullah kembali menghadap
sang pencipta.Mbah Said wafat pada tahun 1500 yaitu saat peralihan dari
kerajaan Majapahit berpindah di kasultanan Demak Bintoro.Ternyata benar
apa yang dikatakan almarhum Mbah Said Abu Bakar bila dusun Gomang akan
menyala apabila ada jagoan dari barat daya.Jagoan yang dimaksud adalah
KH.KPP Noer Nasroh Hadiningrat.Beliau sekarang tinggal di dusun Gomang
dan mendirikan sebuah pondok pesantren yang diberi nama Nurussalam Wali
Sembilan Gomang.Makam Mbah Said mulai dirawat oleh Kyai Noer Nasroh pada
tahun 1976 dan terletak di dusun Gomang desa laju lor kecamatan
Singgahan kabupaten Tuban.Pada saat ditemukan,makam itu hanya berupa dua
buah batu yang menghadap ke selatan dan utara.Makam itu memiliki
keistimewaan yang luar biasa yaitu apabila makam itu hendak diperbaiki
selang beberapa waktu selalu saja rusak dan terbakar.Ternyata Mbah Said
tidak menghendaki jikalau makam itu diperbaiki,sungguh luar biasa
kesederhanaan Mbah Said.Hingga kini makam itu tampak terlihat sangat
sederhanadan tidak seperti makam-makam lainnya yang terkesan mewah.Jarak
makam dengan pondok pesantren Nurussalam sekitar 500 m.Setiap hari
kamis malam jumat para santriwan dan santriwati mengadakan ziaroh rutin
ke makam Mbah Said Abu Bakar.
Hikmah yang dapat kita petik adalah meneladani dan mencontoh sikap dan
perilaku Mbah Said Abu Bakar yang sangat zuhud atau tidak cinta
dunia.Karena kita sadar bahwa dunia hanyallah titipan Allah yang tidak
kekal.Wallahua’lam bisshowab....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar